Namanya Alma, lengkapnya Alma Sari Wardhana. Gadis yang saya kenal secara tidak sengaja. Gadis yang dalam pertemuan pertama kami mentraktir saya es cincau.Sejak pertemuan pertama itu keinginan untuk berjumpa lagi sangat besar. Sebetulnya bisa saja tiap hari saya nongkrong di samping penjual es cincau depan kampus saya, sambil berharap bisa berjumpa dengannya. Namun baru pada hari ke tujuh tepat satu pekan dari pertemuan pertama saya lakukan dengan sedikit berharap berjumpa dengannya. Biarpun sebentar asal saya bisa tahu siapa namanya.
Hampir dua jam nongkrong sosok yang saya tunggu tidak muncul. Penjual es cincau tidak bercerita soal gadis itu, tapi ngobrol soal lain. Meskipun sebetulnya, saya berharap dia bercerita soal gadis itu. Saya pun tidak bertanya padanya apakah kemarin-kemarin gadis itu muncul atau tidak. Itu saya lakukan karena saya meyakini bahwa ketika mata saya dan gadis itu sempat beradu diakhir pertemuan pertama kami itu sudah cukup bagi saya.
Setelah hampir tiga jam saya putuskan untuk pulang saja. Namun karena perut lapar saya mampir di warung tahu kupat kesukaan saya. Begitu masuk warung, gadis itu sedang duduk sambil bermain hp. Saya menghampirinya, saya sapa, mata kami beradu, cukup lama, adrenalin saya naik, hati berdesir, lumayan deg-degan. Dari ekspresinya sepertinya dia juga mengalami hal yang sama. Kemudian kami sama-sama tertawa seperti tidak percaya.
"Suka tahu kupat juga, Mas?" tanyanya membuka obrolan.
"Salah satu makanan kesukaan saya, mbak. Ehm, mbak tahu apa singkatan kupat?" Saya menjawab sambil balik bertanya.
Ternyata si pemilik warung menyimak obrolan kami, "Oh, ada singkatannya to mas? Apa mas singkatannya?".
Saya dan gadis itu sama-sama tertawa lalu menjawab bersamaan,
"Ngaku lepat (mengakui kesalahan), Pak?".
"Oh makanya ada tradisi lebaran kupat ya. Oalah, sadar diri namanya ya mas?" sambung pemilik warung.
Lagi-lagi saya dan gadis itu menjawab secara bersamaan,
"Instropeksi, Pak!".
Pemilik warung itu manggut-manggut, meletakkan dua piring tahu kupat dan dua gelas es teh pesanan kami lalu pergi.
Sambil makan kami masih ngobrol soal kupat. Ternyata memang kami sama-sama mengetahui makna filosofi kupat. Ada empat makna kupat, yaitu; lebar, lebur, luber dan labur. Lebar artinya luas, lebur artinya dosa atau kesalahan yang sudah diampuni, luber maknanya pemberian pahala yang berlebih, dan labur artinya wajah yang ceria. Secara keseluruhan bisa dimaknai sebagai suatu keadaan yang paling bahagia setelah segala dosa yang demikian besar diampuni untuk kembali menjadi orang yang suci dan bersih.
Selesai makan kami beranjak. Dia mengambil dompet di tasnya tapi lalu saya berkata, "Biar saya yang bayar, mbak". Dia tersenyum. Selesai membayar, kami keluar menuju motor. Setelah sama-sama menaiki motor tiba-tiba dia berkata, "Minggu pagi besok joging yuk mas, di boulevard depan kampus saya saja".
"Ehm, saya jogingnya di hati mbak saja gimana?" jawab saya.
"Haiyah, gombal lagi. O ya, nama saya Alma. Nama mas siapa?".
"Yudi dodok, mbak".
"Ok mas, besok minggu jam setengah enam pagi ya".
Lalu dia melesat. Meninggalkan saya dengan relung hati tak henti-henti berdesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar